.jpg)
Deskripsi Masalah
Seperti
diketahui bahwa praktek wakaf di negara seperti Arab Saudi, Mesir dengan
Al-Azharnya mempunyai andil besar untuk membiayai operasional pendidikan, juga
mampu memberikan bea siswa kepada ribuan mahasiswa di seluruh penjuru dunia
selama berabad-abad. Konon, termasuk di dalamnya praktek wakaf tunai (Cash
Wakaf) atau wakaf dengan uang tunai. Umpamanya mengedarkan proposal dengan
kuitansi wakaf perlembarnya Rp. 50.000,00.
Anggapan
umum masyarakat dan persepsi tradisional melihat bahwa wakaf adalah identik
dengan menghibahkan harta tetap seperti tanah, gedung, bangunan dan lain-lain
kepada umat untuk menjadi asset
Pertanyaan :
a.
Bagaimana hukum
wakaf tunai
b.
Bagaimana hukumnya menginvestasikan
wakaf tunai?
c. Jika terdapat keuntungan, kembali kepada siapa? Kembali kepada waqif ataukah kembali kepada mauquf ‘alaih (kemaslahatan umum) atau bisa kedua-duanya?
Jawaban:
a.
Tidak boleh
menurut Madzhab Syafi’i, tetapi menurut Imam Zufar sebagaimana yang dinuqil
oleh ashhab Hanafiyah mengatakan boleh.
b.
Menurut pendapat
yang tidak memperbolehkan wakaf uang, maka hukum menginvestasikannya tidak
diperbolehkan, sedangkan bagi yang memperbolehkan, maka hukum
menginvestasikannya boleh, karena hal tersebut merupakan bentuk tashorruful
mauquf
c Keuntungan dari uang yang diwakafkan tersebut diberikan kepada mauquf alaih sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh wakif.
Refrensi: Roddul Mukhtar:IV/363-364
رد
المختار الجزء الرابع ص : 363-364
(مَطْلَبٌ
فِي وَقْفِ الدَّرَاهِم وَالدَّنَانِيْر)
(قَوْلُهُ
بَلْ وَدَرَاهِمَ وَدَنَانِيْرَ)
عَزَاهُ
فِي الْخُلاَصَةِ إِلَى اْلأَنْصَارِي وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ زُفَرَ وَعَزَاهُ فِي الْخَانِيَةِ إِلَى زُفَرَ حَيْثُ قَالَ وَعَنْ زُفَرَ شرنبلالية وَقاَلَ الْمُصَنِّفُ فِي الْمِنَحِ وَلَمَّا جَرَى التَّعَامُلُ فِي زَمَانِنَا فِي اْلبِلاَدِ الرُّوْمِيَةِ وَغَيْرِهَا فِي وَقْفِ الدَّرَاهِم وَالدَّنَانِيْر دَخَلَتْ تَحْتَ قَوْلِ مُحَمَّدٍ المُفْتِى بِهِ فِي وَقْفِ كُلِّ مَنْقُوْلِ فِيْهِ تَعَامُلٌ كَمَا لاَ يَخْفَى فَلاَ يَحْتَاجُ عَلَى هَذَا إِلَى تَخْصِيْصِ اْلقَوْلِ بِجَوَازِ وَقْفِهَا بِمَذْهَبِ اْلإِمَامِ زُفَرِ مِنْ رِوَايَةِ اْلأَنْصَارِي وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ وَقَدْ أَفْتَى مَوْلاَنَا صَاحِبُ اْلبَحْرِ بِجَوَازِ وَقْفِهَا وَلَمْ يَحْكِ خِلاَفًا اهـ
Artinya:
“Pembahasan
tentang wakaf dinar dan dirham : kebolehan wakaf ini di dalam kitab Al
Khulashoh dinisbatkan (dialamatkan) kepada Imam Al-Anshori ia termasuk ashab
Zufar (kolega) Zufar, tetapi di dalam kitab al Khoniyah justru di alamatkan
kepada Imam Zufar.
Al
Mushonif berkata di dalam kitab Al-Minah: ketika terjadi transaksi wakaf dinar
dan dirham pada zaman kita di negara-negara Romawi dan lainnya itu masuk pendapat Muhammad Bin Hasan Al-Syaibani
yang memfatwakannya. Pada wakaf setiap benda-benda yang bisa dipindah
sebagaimana tidak samar lagi, sehingga tidak butuh untuk mentakhsis pendapat
yang memperbolehkannya dengan madzab Imam Zufar dari riwayat Al Anshori Wallahu
a’lam. Bahkan Maulana Shohibul Bahr memfatwakan bolehnya wakaf dinar dan dirham
sedang ia tidak menceritakan khilaf”.
Referensi Soal C (Ibarot) : Al-Majmu’:V/325
المجموع الجزء
الخامس عشر ص : 325
وَقَدْ اِخْتَلَفَ أَصْحَابُنَا فِي الدَّرَاهِم وَالدَّنَانِيْر فَمَنْ قَالَ بِجَوَازِ أَنْ تَكُوْنَ لَهَا ثَمْرَةً دَائِمَةً كَاْلإِجَارَةِ أَجَازَ وَقْفُهَا وَمَنْ قَالَ بِعَدَمِ جَوَازِ اْلإِجَارَةِ قَالَ بِعَدَمِ جَوَازِ اْلوَقْفِ فِيْهَا لأَنَّ تِلْكَ الْمَنْفَعَةَ لَيْسَتْ المَقْصُوْدَ الَّذِى خَلَقَتْ لَهُ اْلأَثْمَانُ وَلِهَذَا لاَ تَضْمَنُ فِي اْلغَصْبِ فَلَمْ يَجُز الوَقْفُ لَهُ وَأَجَازَ اْلأَصْحَابُ وَقْفَ الدَّرَاهِمَ وَالدَّنَانِيْرَ حُلِّيًا وَلِلْعَارِيَةِ
Artinya: “Ashab kita telah berselisih
pendapat tentang wakaf dinar dan dirham, ada yang mengatakan boleh dengan
logika bahwa dirham dan dinar mempunyai hasil yang tetap sebagaimana ijaroh. Ada
yang mengatakan tidak boleh dengan
logika tidak boleh menyewakan dinar dan dirham. Karena manfaatnya tidak dituju.
[1] Pertanyaan Bahtsul Masail PCNU Jombang ke-IV, tanggal 07 Maret 2004 di
Masjid PP Darus Salam Tegalsari Mojowarno Jombang
[2] Baca juga dalam kitab Al-Inshaf Fi Mazdhabil Imam
Ahmad Ibnu Hanbal:VII/11 yang redaksinya sbb:
الإنصاف في مذهب الإمام أحمد ابن
حنبل الجزء :7 ص : 11
(وَلاَ مَا
لاَ يُنْتَفَعُ بِهِ مَعَ بَقَائِهِ دَائِمًا كَاْلأَثْمَانَ) إَذَا وَقَفَ
الأَثْمَانَ فَلاَ يَخْلُو إِمَّا أَنْ
يَقْفِهَا لِلتَّحَلِّي وَاْلوَزْنِ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ فَإِنَّ
وَقْفِهَا لِلتَّحَلِّي وَاْلوَزْنِ فَالصَّحِيْحُ مِنَ الْمَذْهَبِ أَنَّهُ لاَ
يَصِحَّ وَنَقَلَهُ الْجَمَاعَةُ عَنِ اْلإِمَامِ أَحْمَدَ رَحِمَهُ اللهُ وَهُوَ
ظَاهِرُ مَا قَدَمَهُ فِي الْمُغْنِي وَالشَّرْحِ قَالَ
الحَارِثِي وَعَدَمُ الصِّحَّةِ أَصَحُّ وَقِيْلَ يَصِحُّ قِيَاسًا عَلىَ
اْلإِجَارَةِ قَالَ فِي التَّلْخِيْصِ إِن وَقَفَهَا لِلزِّيْنَةِ بِهَا
فَقِيَاسُ قَوْلِنَا فِي اْلإِجَارَةِ إِنَّهُ يَصِحُّ
فَعَلَى هَذَا إن وَقَفَهَا وَأَطْلَقَ بَطَلَ اْلوَقْفُ عَلَى
الصَّحِيْحِ وَقِيْلَ يَصِحُّ
وَيُحْمَلُ عَلَيْهِمَا وَإن وَقَفَهَا لِغَيْرِ ذَلِكَ لَمْ
يَصِحَّ عَلَى الصَّحِيْحِ مِنَ الْمَذْهَبِ وَقَالَ فِي
اْلفَائِقِ وَعَنْهُ يَصِحُّ وَقْفُ الدَّرَاهِمَ فَيُنْتَفَعُ بِهَا فِي
اْلقَرْضِ وَنَحْوِهِ اِخْتَارَهُ شَيْخُنَا يَعْنِي بِهِ الشَّيْخُ تَقِيُ الدِّيْنِ رَحِمَهُ اللهُ
وَقَالَ فِي اْلاِخْتِيِارَاتِ وَلَوْ وَقَفَ
الدَّرَاهِمَ عَلَى الْمُحْتَاجِيْنَ لَمْ يَكُنْ
جَوَازُ هَذَا بَعِيْدًا
0 komentar:
Post a Comment