Kediri - “(Lirboyo) ini adalah pusat kegiatan gerilya di Jawa Timur. Jadi, santri-santri Lirboyo tidak lepas, artinya tetap ikut berjuang mempertahankan negara kita Republik Indonesia.
Banyak santri-santri yang diberangkatkan ke Surabaya. Malah Mbah Kyai Mahrus (KH. Mahrus ‘Ali) sebagai pimpinan Hizbullah Jawa Timur. Sering beliau berangkat ke Surabaya untuk mengantarkan santri-santri yang berangkat ke sana. Dan seluruh pondok pesantren, kyai-kyai yang ada di Jawa Timur, itu berangkat ke Surabaya untuk memutlakkan (kedaulatan) NKRI, negara Republik Indonesia. Jadi, perjuangan pondok pesantren tidak kecil. Semua kyai, santri pondok pesantren berangkat. Dari pondok-pondok yang kecil, kyainya berangkat semua. Jangan dianggap kita diam saja.
Tapi sesudah berjuang (selesai) ya sudah, kyainya kembali ke pondok pesantren, santrinya kembali ke pondok pesantren. Yang meneruskan (perjuangan) banyak, tapi yang kembali ke pondok pesantren lebih banyak, sebab memiliki tanggung jawab untuk membina masyarakat Indonesia untuk betul-betul menjadi masyarakat yang sempurna hidupnya. Utamanya dalam masalah agama. Ini, jadi perjuangannya, pada waktu berjuang prei (libur) semua.
Malah pernah dulu Mbah Kyai Abdul Karim wiridan di dalam, Belanda di sini (sekitar area masjid) mencari Mbah Kyai Mahrus. Ketemu sebenarnya, tapi tidak tahu. Belanda tidak tahu, sebab Kyai Mahrus di lih (ganti) namanya, Rusydi (nama kecil beliau). Jadi ,tidak tahu, (malah) yang dicari Kyai Mahrus. Tapi sebetulnya, Mbah Kyai Mahrus itu sudah ketemu sendiri dengan Belanda. Ketemu, betul itu. Tapi ditanya, namanya Rusydi, bukan Mahrus.
Lha, Mbah Kyai (Abdul Karim) itu tidak pernah pulang dari masjid. Terus wiridan sama santri. Sebanyak empat puluh santri, itu yang mengikuti wiridan Mbah Kyai (Abdul Karim). Kalau waktu serangan ke Surabaya itu, menghadapnya ke sana, ke Surabaya. Santri-santri diajak wiridan menghadap ke sana (Surabaya) untuk menghancurkan Belanda.
Alhamdulillah, dengan perjuangannya para kyai, Allah memberikan pertolongan, kita diberikan aman sampai sekarang. Jadi ini sejarah Lirboyo, tidak ketinggalan memperjuangkan Republik Indonesia. Termasuk Haji Syafi’ Sulaiman, itu yang masuk menjadi tentara. Banyak yang menjadi pimpinan tentara. Tapi begitu selesai, ya pulang sendiri-sendiri dan tidak diteruskan. Ini adalah perjuangan, demi untuk kemerdekaan tanah negri kita.
Kemudian peristiwa yang kedua, tahun empat puluh delapan, peristiwa Madiun, waktu itu Mbah Kyai (Abdul Karim) akan dibunuh. Sudah masuk di ndalem situ (ndalem KH. Abdul Karim). Sore itu saya bal-balan (bermain sepak bola) –saya maih kecil, masih umur delapan tahun- bal-balan disitu dengan anak Banyuwangi namanya Mahfudz. Mbah Kyai (Abdul Karim) datang ke pondok membawa lampu, supaya diisi minyaknya. Minyaknya habis. Jam satu malam Mbah Kyai (Abdul Karim) mbengok(berteriak),
‘Coo! Maling! Iki maling nyowo duduk maling bondo!’ (Coo! Ada maling! Ini maling nyawa bukan maling harta!)
Itu sudah masuk di ndalemnya Mbah Kyai (Abdul Karim). Alhamdulillah selamat Mbah Kyai (Abdul Karim). Itu peristiwa empat delapan.
Kemudaian peristiwa enam lima, enam enam (peristiwa PKI), ini pimpinan dari Lirboyo adalah Mbah Kyai Ma’shum (KH. Abdullah Ma’shum Jauhari). (Beliau) tidak pernah ketinggalan. Bagian PKI yang jaduk-jaduk (sakti-sakti) itu musuhnya Mbah Ma’shum. (Sungai) Brantas itu dulu mengalirnya bukan air, tapi orang. Kiriman dari Blitar, kiriman dari Tulungagung, sampai di Kediri. Ini memang ada yangjaduk, PKI itu jaduk, dibacok tidak apa-apa. Akhirnya ada menjalin (rotan) dari Mbah Kyai Badrus. Itu (PKI) disabet menjalinAlhamdulillah bisa mati. Mandi menjaline timbang pedange.
Niki sejarah, jadi kita tidak pernah ketinggalan dalam memperjuangkan sejarah Republik Indonesia. Maka sekarang Alhamdulillah diteruskan oleh generasi muda, mudah-mudahan kita akan bisa melanjutkan perjuangan dari sesepuh kita semua. ”
(Disarikan dari sambutan KH. M. Anwar Manshur dalam Silaturahim Kirab Resolusi Jihad di serambi Masjid Lawang Songo Ponpes Lirboyo, Ahad 16 Oktober 2016 M.)
Sumber: Lirboyo
0 komentar:
Post a Comment